Waktu yang ditunggu tunggu

 Bismillahirrahmanirrahim 

.

.

Sebuah pertanyaan sederhana pernah ditanyakan oleh guruku.

Saat itu kami semua berkumpul di Mushola, dan seperti biasa guru kami tersebut senang memberikan kami kajian, nasehat, atau bahkan sekedar bercerita santai.

Beliau mulai memberikan pertanyaan kepada kami.

"Ananda.."

"Apa waktu yang kalian tunggu tunggu?"

Maka terdengarlah beberapa jawaban dari para siswi, satu persatu beliau tanggapi dengan penuh kesabaran.

"Libur 3 bulan sehabis UN, ustad

Dan tentu saja ini adalah jawaban dari siswi kelas 9, yang mana tak lama lagi mereka akan segera menghadapi UN dan setelahnya akan libur panjang.

Ustadpun menanggapi:

"Kalau begitu ananda hanya bahagia 3 bulan

Jawab beliau dengan tenang. 

Kemudian tak mau kalah siswi - siswi yang lainpun ikut memberikan argumentasi mereka satu persatu.

"Perhatikan, jawaban - jawaban antunna benar, dapatkita simpulkan bahwa waktu yang kita tunggu - tunggu adalah yang terkandung kebahagiaan didalamnya, namun apakah kebahagiaan kita hanya saat liburan? "

Perlahan pertanyaan sederhana itu membuat kami berfikir serius. Kini para siswi mulai merubah jawaban - jawaban mereka.

Salah satu yang menarik perhatian ustad adalah:

"Hari kamis, ustad. Ketika orang tua datang menjenguk"

Ya, di sekolah kami yang boarding school hari kamis menjadi hari paling bahagia karena ia adalah moment dimana orang tua bisa menjenguk anaknya.

"Maa syaa Allah" sanjung beliau.

Tampaknya siswi mulai paham apa itu waktu yang ditunggu - tunggu serta menjawabnya dengan ilmu. 

Kali ini beliau tidak mengomentari, sebagaimana jawaban - jawaban sebelumnya. Sampai pada akhir kajian beliau.

Kali ini giliran kami yang bertanya.

"Ustad, bagaimana dengan ustad? Kapan waktu yang ustad tunggu - tunggu?"

Beliau tersenyum, seolah mengetahui bahwa para siswinya akan bertanya pertanyaan yang sama.

"Hmm... 

"Waktu yang ustad tunggu - tunggu adalah..."

"... sepertiga malam terakhir. Assalamualaikum "



Seusai menjawab dengan singkat, beliau pergi meninggalkan mushola. Tak mengherankan bagiku, karena aku rasa para siswi kini sudah benar benar memahami maksud dari pertanyaan beliau diawal kajian. Dan tentunya beliau tidak akan pergi begitu saja, meninggalkan kami dalam kebingungan. 

Spontan kami semua takjub dengan jawaban beliau.  Sepertinya jawaban yang sangat tepat dan benar - benar bermakna dalam. Tak seperti jawaban yang telah kami utarakan sebelumnya, rasanya benar benar-benar tak bisa dibandingkan dengan jawaban seorang ahli ilmu seperti beliau.

Yap, kami mengetahuinya setelah beliau berikan hakekat dari pertanyaan tersebut.

Ketahuilah bahwa salah satu tanda cinta adalah selalu ingin berjumpa, maka tak heran apabila seorang hamba menanti-nanti waktu di sepertiga malam terakhir, untuk bermunajat kepada Rabbnya yang Maha memiliki segala sesuatu.

Karenanya hati tersebut tidak pernah tenang melainkan ia selalu berharap berjumpa dengan yang ia cintai. Dan, betapa spesialnya sebuah perjumpaan yang tidak ada orang ketiga didalamnya, melainkan hanya kita dan yang kita cintai. 

Bagi mereka yang benar - benar mencintai Allah, sepertiga malam terakhir adalah moment terbaik untuk bermunajat dan menceritakan seluruh hiruk pikuk kehidupan dunia ini. Bukankah saat itu kebanyakan manusia tertidur? Dan engkau bisa merasakan sunyinya malam bersama Rabbmu saja, hanya engkau dan Rabbmu.

Sungguh cinta adalah nikmat dari Allah ta'ala, yang mana Allah hanya berikan kepada orang - orang pilihan saja. Semoga kita termasuk hambaNya yang dianugerahkan cinta kepadaNya.


Pekanbaru Kota bertuah

8 Ramadhan 1438 H

Aozora.F


Komentar

Postingan Populer