Merasa Sendiri
Katakanlah kepada sepasang mata yang menangis duka
Allah lebih besar dibanding kepingan-kepingan kesedihan
Katakan kepada hati yang telah sempit akibat masalahnya
Dengan kelembutan-Nya Ia akan menyelesaikan semua urusan
.
.
Ketika engkau merasa sendiri ditengah keramaian,
Seolah kehadiranmu dan tiadamu tak ada bedanya,
Tak perlu bersedih,
Coba palingkan pandanganmu ke arah langit biru,
Aku yakin tanpa sadar senyuman menghiasi wajahmu.
Disuatu malam yang dingin, tanpa ada seorangpun duduk didekatmu.
Engkau terdiam sambil memeluk lututmu,
Kepadamu perlahan menunduk, dan..
Engkaupun menangis
Dalam sepi..
Seorang diri..
...
Yap, merasa sendiri
Namun, apakah hakikatnya kita benar-benar pernah sendiri? Apakah kita benar-benar pernah seorang diri?
Yap, merasa terpuruk dalam kesedihan dalam sepi
Namun, apakah kita sadar bahwa setiap kali hal tersebut kita rasakan, maka ia akan hilang suatu saat nanti. Apakah pernah kita melewati kesedihan yang begitu dalam yang tanpa ada hentinya? Apakah ada kesedihan yang memecahkan kepala dan menghancurkan hati?
...
Engkau mungkin mengira bahwa engkau pernah menjalani beberapa fase dalam kehidupanmu seorang diri. Disaat engkau membutuhkan uluran tangan manusia Namun semuanya berpaling meninggalkanmu, dan engkaupun akhirnya berjuang sendiri.
Tapi, akan engkau benar-benar sendiri?
Seorang diri?
Sekali-kali tidak!
Sadarkah? Bahwa kita ini hakikatnya tak pernah seorang diri? Dalam setiap hembusan nafasmu ada Dzat yang selalu memperhatikanmu. Dalam 24 jam hidupnya sehari semacam tak ada aktivitasmu yang tak ia ketahui. Kemanapun kaki melangkah, mata melihat, telinga mendengar, wa huwa ma'akum Aina ma kuntum: Dia selalu bersamamu dimanapun kamu berada.
CintaNya, kasih sayangNya, adalah cinta dan kasih yang paling besar bahkan melebihi kasih sayang ibumu sendiri.
Perhatian dan penjagaanNya adalah yang paling sempurna. Lantas bagaimana kita bisa merasa sendiri? Disaat..
Kita melupakan Allah...
Padahal
Allah tidak pernah melupakan kita..
Bagaimana bisa kita merasa sendiri sedangkan ada Allah yang selalu menemani?
Kita sering melupakan-Nya
Kita sering tak menganggap-Nya
Kita sering lalai dari mengingat-Nya
Sehingga kesendirian itu hakikatnya kita sendiri yang membangunnya. Akibat lalai dari mengingat-Nya.
Namun, sampai kapan?
Sampai kapan kita akan terus tenggelam dalam kesedihan yang kita bangun sendiri ini?
Sampai kapan kita akan bertahan hidup tanpa mengingat Allah, meminta bantuan dan pertolonganNya?
Sekali-kali tidak, bahkan dalam satu hembusan nafas saja kita sangat membutuhkan Allah.
---
Sadarlah jiwa yang telah lama menjauh dari Allah.
Kini, mendekatlah kepadaNya.
Sujudlah dihadapanNya.
Bersimpuhlah, karena telah lama sekali tak mengingatNya.
Ambillah sajalah yang ada di rak itu, persiapkan wudhu terbaikmu, besarkanlah ia dengan takbir dari dalam hatimu, lalu panjangkanlah sujudmu itu, menangislah dihadapanNya karena rasa rindu yang telah terlalu lama. Nikmatilah waktu itu bersamaNya, semoga rasa sendiri itu perlahan mulai terkikis dan sirna adanya.
Wallahu ta`ala a`lam
Ibu kota Jakarta
28 Shafar 1444 H
Aozora.F
Komentar
Posting Komentar