Keunggulan Mereka

Allah menciptakan manusia bukan tanpa tujuan. Bukan juga untuk bermain - main dan senda gurau. Namun Allah menciptakan alam semesta penuh dengan hikmah dan kebijaksanaan.

Allah ta'ala berfirman: 

(وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ)

 [سورة الذاريات 56]

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

Jika ada yang bertanya jika memang Allah menciptakan manusia untuk beribadah, kenapa sedikit sekali diantara mereka yang beribadah kepadaNya? Kenapa jumlah orang nashrani lebih banyak di muka bumi ini?

Saudariku, jika aku balik bertanya padamu: " Apa mobil terbaik didunia? "

Mungkin engkau akan menjawab: " Range Rover " atau " Bugatti " atau yang lainnya. 

Namun, apakah pemilik mobil mobil terbaik tersebut jumlahnya banyak? Jawabannya tidak, bahkan sangat sedikit. Oleh karena itu bukanlah sebuah tolak ukur yang tepat tatkala engkau melihat jumlah yang banyak. 

Banyak pengikut, lantas mengatakan itulah yang terbaik.

Argumentasi seperti ini kurang tepat. Didalam Al-Qur'an sendiri Allah sudah banyak menyebutkan bahwa orang orang yang berada di posisi yang haq, jumlah mereka sedikit. Mari kita simak, Allah berfirman: 

( وَقَلِیلࣱ مِّنۡ عِبَادِیَ ٱلشَّكُورُ)

Dan sangat sedikit diantara hamba hamba-Ku yang bersyukur 

( فَلَا یُؤۡمِنُونَ إِلَّا قَلِیلࣰا)

karena itu hanya sebagian kecil dari mereka yang beriman

Pada ayat - ayat diatas, jumlah yang sedikit adalah golongan orang-orang yang meniti jalan yang benar.

Membahas tentang jumlah kecil pada suatu komunitas, katakanlah kaum minoritas, terkadang yang terlintas adalah beratnya perjuangan, susahnya kehidupan, sedikitnya kebahagiaan, namun  pada beberapa keadaan kaum minoritas menjadi makhluk paling bahagia dipermukaan bumi!

 Siapa mereka? Dan apa rahasia mereka?


--------


" Tholibat silahkan masuk, selesai sholat ashar kita mulai kelasnya"

Guru kami, dia bukanlah orang yang hidup dalam kemewahan harta, megahnya rumah dan amannya sebuah negara. 

Ya, kami murid murid beliau sudah sangat paham, bagaimana porak-porandanya negri mereka akibat perang saudara. 

Tak heran apabila berhari-hari beliau tak bisa kami hubungi akibat terputusnya sinyal disana.

Tak asing lagi berita - berita yang beliau bawa tentang bagaimana orang - orang mulai ditangkap lalu terpisah dari keluarga mereka, bisa saja ia masih hidup atau sudah tiada. 

Negara beliau memerangi ahlus sunnah, semenjak pemerintahannya dipimpin oleh Syiah. 

Beliau sangat jarang meninggalkan rumahnya, bahkan aku tak tahu kapan terakhir ia keluar dari rumahnya. Hal yang lebih menyedihkan dari itu semua adalah, dahulu beliau bisa dengan leluasa belajar seraya  mendatangi masjid - masjid untuk langsung duduk dihadapan gurunya. Padahal beliau sendiri saat itu bukan lagi seorang anak muda, namun semangat yang kuat mendorong beliau untuk menuntut ilmu agama. Itu dulu kala, sekarang hanya tersisa cerita saja.

Ya, beliau memang minoritas, merasa tak aman padahal beliau berada di tanah air keluarganya akibat kondisi yang mencekam, namun beliau bersabar atas apa yang telah Allah takdirkan, dan saat itu pula Allah telah mengganti seluruh kesenangan dunia yang sirna dengan lezatnya iman dan taqwa. 

Beliau mulai mendengarkan radio dan terus belajar. Lezatnya ilmu membuat beliau selalu rindu ditengah-tengah negeri yang masih berdarah. Tak heran beliau bisa menjadi seorang guru yang sangat kompeten. Kini, muridnya tersebar disetujui penjuru dunia, baik 'arobiy ataupun a'jamy. 

" Tafaddoli habibaty "

Setelah membuka halaqoh, beliau mempersilahkan muridnya membaca lantunan ayat suci Al-Qur'an untuk beliau koreksi jika terdapat kesalahan. Setelah selesai, beliau sedikit berkisah tentang keluarganya:

" Ana punya saudara, suatu hari ia mengadukan suatu permasalahan, yaitu ia tidak mendapatkan ketentraman hidup, hidupnya terasa hampa dan tak berarti apa - apa. 

Ana tahu, dia termasuk orang yang dilimpahkan oleh Allah harta yang banyak,  tak jarang ia pergi untuk berwisata ke luar negri, namun itu semua tidak mendatangkan kebahagiaan.

Maka ana katakan: hatimu butuh kepada Al-Qur'an,  engkau terus saja memberikan jasmanimu nutrisi dan asupan,  matamu engkau segarkan dengan pemandangan kota kota indah nan menawan, badanmu engkau beri makanan yang lezat, namun engkau melupakan nutrisi hatimu"

"Ya" sambung beliau,

" Hidup tanpa Al-Qur'an bukanlah kehidupan, hidup jauh dari Al-Qur'an akan menjauhkan dari kebahagiaan"

Malam itu terasa begitu berarti bagiku, ya, engkau benar guru, akupun telah menyaksikannya dengan mata kepalaku. 

Betapa banyak orang-orang yang menghabiskan hidupnya untuk bersenang - senang namun apa yang mereka raih kemudian bukanlah ketenangan, justru malapetaka dan kegundahan.

 Mereka habiskan waktu berjam - jam ditempat hiburan, berkumpul laki - laki perempuan, jalan - jalan ke tempat - tempat penuh syubhat lalu mengunggah semua aktifitas tersebut disosial media.

Apa yang terlihat tak selalu sama dengan kenyataan, tak lama kemudian muncul status - status penuh derai air mata, status galau, status yang penuh keputus-asaan seolah mereka tak memiliki Rabb, sudah tak lagi mengingat ada Dzat yang apabila diminta akan memberi dan apabila berdoa padaNya akan dikabulkan. Sudah terkikis Aqidah yang dulu dipahat akibat korosifnya maksiat.

Juga, aku melihat, mereka yang hidup sangat jarang sekali secara zohir terlihat bersenang - senang, waktunya kebanyakan hanya dihabiskan didalam rumah. Ia sibuk dengan berbakti kepada orang tua, sibuk dengan kajian, bersemangat mendidik buah hati, dan tidak berlebihan menghabiskan waktu untuk dunia. Namun ternyata kudapati mereka adalah orang-orang yang paling bahagia hatinya, paling kuat jiwanya, paling tenteram kalbunya. 

 Bukan tak bisa! Jika mereka mau bisa saja ikut kebanyakan manusia. Kini yang viral apa? Aplikasi tiktok, main game online, atau nonton film terbaru di bioskop,mengikuti semuanya, bisa! 

Bukan mereka tak mampu dari segi biaya! Hanya saja yang terbesit dihatinya:  

Apakah Allah semakin cinta atau murka? Apakah Allah akan memuji atau justru mencela? Perbuatan yang akan aku lakukan apakah semakin membuat diri dekat kepada Allah atau malah menjauh? 

Itulah mereka yang hatinya benar benar hidup. Mereka hidup melibatkan Allah dalam setiap hembusan nafasnya, mereka hidup tanpa melupakan Rabbnya. Mereka membuka mata dan senantiasa bersyukur atas nikmatNya. 

Keadaan mayoritas manusia, sebagian memandang mereka sebelah mata, menganggap ketinggalan berita, tak mengikuti trend dunia, atau sekedar mengatakan tak menikmati masa muda.

Sekarang, kita tak lagi heran mengapa Abdullah bin Mas'ud berkata:

Seorang pengemban Alquran seyogyanya menghidupkan malamnya ketika manusia tidur, berpuasa siang harinya ketika manusia berbuka, sedih ketika manusia bahagia, menangis ketika manusia tertawa, diam ketika manusia berbicara tidak karuan, dan khusyuk ketika manusia bersikap angkuh.

 Seorang pengemban Alquran seyogyanya banyak menangis, bersedih, santun, bijak, dan banyak diam.

 Seorang pengemban Alquran tidak sepantasnya untuk berperangai kasar, lalai, teledor, gemar berteriak-teriak, dan suka marah-marah.

Tak heran, mengapa mereka bisa menjadi berbeda dari kebanyakan manusia?

Bagaimana bisa disaat manusia tertidur dimalam hari namun mereka terjaga?

Disaat manusia makan disiang hari mereka berpuasa? 

Tentu saja, mereka sudah lebih dahulu merasakan kelezatan yang menandingi lezatnya tidur dan makanan.

Mereka telah merasakan nikmatnya hati yang tentram, jiwa yang ridho, perasaan yang tenang tanpa ada keresahan dan gundah gulana.

Maka tak heran lagi mengapa mereka menjadi unggul dibanding mayoritas manusia. Tak heran lagi bagaimana mereka bertahan walaupun dunia tak henti hentinya menggoda. Karena, kebutuhan akan Al-Qur'an melebihi kebutuhan akan makan, minum dan tidur, sehingga mereka dan Al-Qur'an bagaikan ikan dan air yang apabila air tersebut mengering maka akan binasalah sang ikan.

Keunggulan mereka, sudahkah membuat kita ingin mengikutinya?

Keunggulan mereka, kapan mulai membakar jiwa untuk meraihnya?

Tak ada kata terlambat saudara, selama ruh itu ada ditubuh. Sebelum orang orang mengantar jenazahmu ke liang lahat. Sebelum semuanya menjadi terlambat.




Ambil Al-Quran itu, ia sudah lama menantimu. Dekap ia erat - erat dan berjanjilah untuk bersamanya selalu, hingga akhir hayatmu. 


Wallahu ta'ala alam

Dibawah langit hujan

Pekanbaru kota bertuah 

16 November 2020

Aozora.F


Komentar

Postingan Populer