Sekarang Menangislah (2)
Bismillahirrahmanirrahim
Pagi itu sudah memasuki 18 Ramadhan 1442 H, sungguh hari hari yang berlalu dengan cepat tanpa kita sadari. Seperti biasa jam 10 pagi adalah jadwal halaqoh tahsin bersama para murid, namun kali ini sebelum membaca ayat, aku meminta mereka untuk menyebutkan sebuah ayat yang sangat berkesan dalam hidup mereka.
Mulailah satu persatu peserta halaqoh mengangkat tangan mereka, kemudian dimulailah giliran peserta pertama.
"Assalamualaikum, kaifa haluki? Bisa ceritakan apa ayat yang paling berkesan untuk anti?"
Begitu seterusnya, pertanyaan diatas aku utarakan kepada setiap peserta yang mengangkat tangan mereka.
Sungguh sangat banyak kisah - kisah inspiratif yang bisa aku petik dari mereka, ada yang menemukan hakikat kehidupan saat membaaca surat Adz zariyat ayat 56, ada yang sangat ketakutan dan hatinya bergetar ketika membaca ayat ayat adzab, bahkan ada yang bercerita seraya menangis tatkala membayangkan kelak di hari kiamat ia akan berjuang sendirian, sebagaimana di surat Abasa ayat 34 yang menjelaskan bahwa kelak seseorang akan lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya. Sungguh luar biasa bisa mendengarkan kisah mereka! Bagaimana ketika Alquran benar benar menjadi penerang, pelita, dan pentunjuk untuk yang membacanya. Tabarokallah..
Namun dari banyaknya kisah yang aku dapatkan, ada 2 kisah yang paling mengunggah. Aku akan coba ceritakan dengan nama tokoh disamarkan.
"Assalamualaikum fulanah, apa ayat yang sangat menyentuh bagi anti? "
"Waalaikumussalam ustadzah,ana sangat sedih ketika membaca ayat tentang..
Bahwa..
Kita...
..
"
Suaranya mulai tersengal sengal dari arah sana, seolah dadanya menjadi sesak seketika sehingga sulit baginya berbicara.
"Kita tidak boleh mendoakan orang kafir, ustadzah.."
Lanjutnya dengan suara lirih. Aku masih belum memahami sepenuhnya, namun kata kata yang keluar dari suaranya yang diiringi tangis isak sudah membuat hatiku hancur lebur.
"Ustadzah.." lanjutnya
"Ayah ana nashrani, ustadzah..."
Sambil menangis ia meneruskan kata katanya. Sungguh siapapun yang mendengarkan tangisnya maka akan ikut menangis pula.
Seketika aku merasakan betapa pedih ya luka yang ia derita. Sebenarnya ketika diawal ia mulai bercerita aku sedang mencari ayat yang ia maksud.
Allah ta'ala berfirman:
مَا كَانَ لِلنَّبِیِّ وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَن یَسۡتَغۡفِرُوا۟ لِلۡمُشۡرِكِینَ وَلَوۡ كَانُوۤا۟ أُو۟لِی قُرۡبَىٰ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَیَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُمۡ أَصۡحَـٰبُ ٱلۡجَحِیمِ
[سورة التوبة 113]
Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat-(nya), setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka Jahannam.
Surat At Taubah: 113
Lama diri ini membisu dan tak mampu berkata kata, hanya bisa mendengarkan isak tangis dari arah sana yang seolah tak mampu lagi ia pendam. Sejujurnya ada banyak sekali pertanyaan yang melintas dalam pikiranku, namun aku urungkan sampai dia sudah kembali tenang dan mengatur napas kembali.
"Bisa dibilang keluarga ana 80% nashrani, ustadzah. Qodarullah beberapa waktu yang lalu banyak keluarga ana yang meninggal, ustadzah." Ia berusaha melanjutkan kisahnya walaupun masih diiringi tangis.
"Ana sangat sedih ustadzah, mereka meninggal tidak dalam keadaan muslim..." kini tangisnya kembali pecah, tentu tidak mudah melewati hal seperti ini. Bagaimana tidak? Disaat kita kehilangan orang yang kita sayangi di dunia, namun kita masih bisa mendoakan kebaikan baginya dia akhirat kelak. Kita masih bisa beristighfar untuknya, bersedekah atas namanya, namun semua itu pupus dan sirna ketika orang yang kita sayang tersebut bukanlah muslim seperti kita! Terlebih lagi kita sudah membaca ayat yang menjelaskan tidak boleh memohonkan ampunan bagi mereka, karena kelak tempat kembali mereka adalah jahannam.
"Allahulmustaan, apakah anti lahir sebagai muslim atau seorang muallaf?" Kali ini aku ingin menepis rasa penasaran itu.
"Alhamdulillah nenek ana yang dari mama masuk islam ustadzah, mama juga muslimah, begitu juga ana"
"Apakah mama menikah dengan ayah saat itu berbeda agama?"
"Tidak ustadzah, ayah ana dulunya juga muslim, namun sejak pisah dan menikah lagi beliau murtad dan menjadi seorang nashrani"
Ia kembali menangis sambil berusaha menjawab pertanyaan pertanyaanku.
Sangat pedih saat mendengar kisahnya. Bagaimana ia bisa begitu tegar dengan ini semua? Allah sajalah pelindung kita semua.
Sekarang,
.
.
Menangislah..
Lihat sekeliling kita, keluarga yang harmonis dalam naungan agama islam yang di ridhoi oleh Allah. Kita masih bisa sholat berjamaah dengan ayah kita, ibu dan saudara kita. Kita masih bisa menyantap nikmatnya hidangan berbuka puasa dengan mereka.
Lihat senyuman orang tua kita tatkala kita melantunkan ayat suci Alquran, dan bandingkan dengan mereka yang diuji oleh Allah melalui orang tuanya.
Diantara mereka ada yang dimarahi, dipukul, bahkan dikata katai hanya karena ingin mengaji. Allahulmustaan
Lihat mama dan ayah kita yang masih tinggal bersama kita, dan bandingkan dengan keluarga yang mereka hanya bersama mama saja atau ayah saja? Tidakkah kita bersyukur?
Sekarang,
.
.
Menangislah..
Jangan sesekali jiwa ini meridhoi untuk tinggal didunia ini selamanya, sehingga kita lupa bahwa setiap jiwa yang hidup akan merasakan kematian.
Kita saksikan, bahwa budak dunia sangat takut mati. Mereka sibuk mengumpulkan harta siang dan malam, dan tanpa mereka sadari sudah tertipu oleh dunia dan perhiasannya.
Jangan sampai kita termasuk orang orang yang tidak mengharapkan perjumpaan dengan Allah.
Jangan sampai kita lebih memilih hidup di dunia ini selamanya.
Allah ta'ala berfirman:
(إِنَّ ٱلَّذِینَ لَا یَرۡجُونَ لِقَاۤءَنَا وَرَضُوا۟ بِٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَا وَٱطۡمَأَنُّوا۟ بِهَا وَٱلَّذِینَ هُمۡ عَنۡ ءَایَـٰتِنَا غَـٰفِلُونَ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ مَأۡوَىٰهُمُ ٱلنَّارُ بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ)
[سورة يونس 7 - 8]
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami,
dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan (kehidupan) itu,
dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,
mereka itu tempatnya di neraka, karena apa yang telah mereka lakukan.
Sekarang,
.
.
Menangislah..
Dan sesali semua dosa dosa kita, minta maaf kepada Allah atas kekurangan kita akan rasa syukur kepadaNya.
Sungguh sangat banyak nikmat yang telah dilimpahkan namun kita masih saja merasa kekurangan dan jauh dari bersyukur.
Maka tangisilah diri ini yang penuh dengan kotoran dosa, maksiat dan kesalahan.
"Fulanah yang sabar ya, teman teman yang lain jangan lupa doakan keluarga fulanah ya semoga Allah berikan hidayah"
"Mohon doanya ustadzah" kini suaranya sudah kembali normal.
"In syaa Allah kita doakan". Walaupun gilirannya sudah usai, namun masih saja terbenal didalam pikiran.
Kini giliran peserta selanjutnya.
"Assalamualaikum fulanah, apa ayat yang paling berkesan buat anti?"
"Waalaikumussalam ustadzah, na'am. Ustadzah apakah ana boleh bercerita? "
" iya boleh boleh silahkan"
Bagaimanakah kisah kedua tentang sebuah ayat yang akhirnya mengubah hidup fulanah?
.
.
Bersambung
Pekanbaru kota bertuah
19 Ramadhan 1442H
Aozora.F
Komentar
Posting Komentar